Minggu, 11 Mei 2014

Cerpen "Dei'farl"





Dei’Farl
You are my destiny


L
ina duduk di teras rumah sambil memandangi turunnya air hujan yang membasahi bumi malam itu. Ia Nampak tersenyum, wajahnya berseri meskipun saat itu dingin yang menggelitik menerpa kulitnya yang berwarna sawo matang, angin yang berhembus membuat rambut panjangnya tergerai.
Malam itu kebahagiaan sangat terasa dan menyelimuti hati Lina. Ya.. karena setelah sekian lama terpisahkan jarak yang cukup jauh dengan kekasihnya, akhirnya sore sabtu saat libur kuliah Lina segera pulang ke barabai meskipun di sana adalah kampong halamannya tapi tujuan utamanya pulang karena sangat rindu pada keluarga terlebih lagi pada kekasihnya.
Setelah sampai di Barabai Lina pun tak menyia-nyiakan waktu, malam itu juga ia ingin bertemu dengan kekasih tercintanya, ingin bermalam minggu ria layaknya pasang kekasih lainnya yang tak pernah bisa ia jumpai apabila ia sedang berada di Banjarmasin karena kekasihnya berada di Barabai.
“Hayooo… kenapa senyum-senyum sendiri ?” suara Dei menyapa lamunan Lina.
Dei memang sembari tadi duduk didekat Lina dengan dibatasi oleh meja bundar kecil di tengah-tengah mereka.
“aku Cuma lagi bahagia, malam ini aku bisa ketemu kamu lagi”
“aku juga merasa bahagia sayang, akhirnya malam minggu ini ada kamu yang menemani aku”
“hmmm… tapi sayang gara-gara hujan kita nggak bisa jalan kemana-mana, Cuma nongkrong di depan rumah ku aja”
“nggak apa-apa kok sayang, kamu pulang dan sekarang ada di sampingku saja aku sudah sangat bersyukur”
“terima kasih sayang, selalu menyayangi dan mengerti aku”
“sama-sama, kamu juga sayang”
Malam itu malam minggu, sebenarnya Dei dan Lina ingin pergi jalan-jalan tapi semenjak lepas magrib dan berselang lima menit Dei sampai untuk menjemput lina hujan sudah mengguyur diantara kegelapan.  Sehingga membuat rencana mereka menjadi batal. Malam minggu itu mereka lewatkan di depan rumah sambil mengenang cerita cinta yang mereka rajut.
“sayang, kalau hujan-hujan seperti ini aku selalu ingat awal kedekatan kita” ungkap Lina
“iya sayang, aku juga ingat. Apalagi saat kami menggigil kedinginan tapi aku malah cuek sama sekali nggak berani menyapa”
“huuh dasar, nggak kasian ya malam itu melihat aku gemetar, mengigil kedinginan ?”
“ya kasian lah, tapi aku sama sekali nggak berani”
“nggak berani ? nggak berani apa sih ?” timpal Lina
“ya nggak berani aja, hee… karena kamu saat itu masih bukan siapa-siapa aku, jadi aku takut kalau-kalau kamu malah berfikiran aku lancang atau mencari kesempatan hujan-hujan dan mati lampu seperti itu, padahal aku kasian, pengennya minjamin kamu jaket yang aku pakai, tapi aku malu dan sama sekali nggak berani”
“oOh.. begitu rupanya”
“iya sayangku, cintaku, pujaan hatiku” rayu Dei sambil tersenyum
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WITA, hujan mulai reda, Dei memutuskan untuk pulang dan Lina mengiyakan. Tak lupa kecupan hangat mendarat  di dahi Lina diiringi dengan ucapan lembut I Love You dan selamat malam membuat Lina menjadi berbunga-bunga dan menambah kebahagiaannya malam itu. Malam yang bisu menjadi saksi betapa indahnya cinta mereka berdua.

***

Siang itu Lina merasa bingung membaca sms yang dikirim Rahma untuknya yang isinya “ Emm… maaf ini siapa ?”, jelas saja kebingungan itu dikarenakan sejak tadi pagi Rahma selalu mengirimkan sms kepada Lina tidak lain dan tidak bukan bertemakan tentang keluh kesah cerita cintanya dengan seorang pria bernama Dei.
Dei yang berperawakan tinggi +/- 165 cm, tidak terlalu kurus dan tidak gemuk alias sedang-sedang saja, berambut pendek dan bermata sipit memang tidak asing bagi Lina meskipun ia tidak berteman langsung dengan Dei, tapi ia mengenali Dei sebagai teman akrab/sahabat mantan pacarnya. Siapa saja pasti bingung menerima balasan sms seperti itu, karena sesuatu hal yang nggak mungkin kalau secara tiba-tiba temannya yang memang baru dikenalinya kurang lebih 2 bulan itu tidak mengenalinya lagi.
“ masa sih Rahma tiba-tiba lupa ingatan, padahal baru 10 menit tadi sms nya masih nyambung” gumam Lina sambil mengerutkan keningnya.
Di dorong rasa penasaran yang terbesit di hatinya Lina berfikir dan memutuskan untuk membalas sms itu.
“ Maaf ini siapa ya.. ?? bukannya ini Rahma” dengan lincah jari-jari Lina mengetik keypad handphone nokia E63 berwarna putih yang dibelinya setahun yang lalu.

Sejenak ia duduk di kursi teras rumahnya, sambil terus memandangi handphone menunggu balasan sms dari seseorang yang entah siapa dan yang pasti membuatnya bingung dan sangat penasaran. Berselang lima menit handphone di tangannya berdering dengan nada dering lagu Tell Me Goobye nya Big Bang membuatnya langsung tahu bahwa ada sms yang masuk. 1 pesan diterima, tidak salah sms itu balasan dari sms yang ia kirimkan.
“ Aku Dei, ini siapa ?” bunyi balasannya.
Lantas mereka saling membalas sms sehingga sampailah pada kesimpulan bahwa ternyata Dei dan Rahma saling bertukar kartu/no handphone, pantas saja sms yang dikirim untuk Rahma dibalas oleh Dei. Karena merasa sudah mulai akrab walau hanya sekedar di sms, Dei mulai memberanikan diri bertanya tentang mau kemana dan apa acara Lina nanti malam, kebetulan nanti malam bertepatan dengan pergantian tahun.
“Lin, nanti malam acara pergantian tahun. Kamu mau kemana ?” sms nya
“aku nggak tau Dei, nggak ada rencana mau pergi kemana dan biarpun pengen aku nggak ada teman yang bisa diajak buat jalan. Kan nggak asik kalau aku jalan-jalan sendirian” balas Lina
“Gimana kalau nanti malam kamu ikut gabung dengan aku aja, nanti malam kami ada acara bakar-bakar ayam di rumahnya haris, jadikan kamu ada temannya” balas Dei lagi.
“hmmmm… boleh juga tuh, tapi aku malu sama teman-teman kamu, aku kan nggak kenal mereka, masa orang yang nggak mereka kenal ikut gabung dengan mereka, bisa-bisa aku mati gaya dan lagian emang kamu nggak pengen jalan-jalan sama Rahma ?” balas Lina lagi
“aaahhh.. nggak apa-apa kok, teman-temanku baik-baik kok lagian kan ada aku, aku siap jadi teman kamu. Kamu kan teman Rahma otomatis teman aku juga jadi nggak usah malu. Kalau urusan Rahma nggak apa-apa, katanya dia ada acara sendiri nanti malam” sms berikutnya yang dikirikan oleh Dei.
“Ooh begitu to,, Ok, kita lihat sikon nanti malam yaa, aku masih nggak berani janji dan memastikan nanti malam aku bisa ikut atau nggak” sms Lina melayang di udara
“Ok di tunggu kabarnya nanti malam” pesan terakhir yang diterima Lina sekaligus menjadi penutup acara saling berkirim sms antara Lina dan Dei sore itu.
Lina merasa sedikit senang karena telah ada acara yang direncanakan meskipun masih belum pasti 100 %. Artinya malam pergantian tahun yang akan dilewati nanti malam Lina bisa melewatinya seperti orang lain, tidak merenung sendiri dan kesepian karena tidak ada teman seperti pikirannya tadi siang.

***

Angin berarak menyapa senja itu, daun-daun dan ranting-ranting melambai dengan hebatnya, pohon kelapa seakan menari-nari di ketinggian. Angin di senja itu memang terasa sangat kencang. Awan gelap yang sejak tadi sore menampakkan dirinya sudah mulai mencoba jatuh perlahan-lahan dan pelan. Itu artinya malam ini akan turun hujan.
Lina berdiri di depan pintu sambil memandang langit senja itu
“yaaa… sudah pasti hujan nanti malam  ceritanya, nggak asik dong malam tahun baru diguyur hujan” batinnya
Lina melamun sambil menatap gerimis yang turun, rasa sedikit kecewa pun karena malam ini akan diguyur hujan menyelimuti hatinya.
“hayo… nanti kesambet setan lo, senja-senja ngelamun di depan pintu, pamali kata orang bahari ?”
Suara itu mengagetkan Lina. Lina tidak sadar kalau Nurul sejak tadi berdiri di belakangnya. Nurul adalah adiknya Lina yang berjarak dua tahun dengannya.
“Ah… kamu rul, membuat aku kaget aja”
“lagian, senja malah ngelamun”
“hmmmm…. kayanya batal deh acara nanti malam”
“emangnya kaka mau kemana dan ada acara dimana ?”
“hee… hee… nanti malam aku rencananya mau ikut Dei, ada acara bakar-bakar ayam di rumah Haris”
“Oh.. kalau aku masih belum pasti mau kemana, biar ada pacar juga tapi nggak ada motor gimana mau bisa jalan-jalan”
“terus ....???”
“nggak tau deh ..!!!” sambil beranjak masuk ke dalam rumah bersama Lina.

Senja perlahan-lahan mulai tersisihkan oleh gelap, malam perlahan mulai menyapa diiringi dengan gemuruh hujan yang turun dengan lebatnya. Lagi-lagi malam pergantian tahun diguyur hujan, hampir tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

***

Jam menunjukkan pukul 20.58 WITA, langit yang sejak tadi menangis akhirnya mereda. Namun dinginnya begitu amat terasa hingga menusuk-nusuk sampai ke tulang.
“brrrbbbrrrbbbrrr…. Ajipppp, dingin banget” nurul sambil menarik selimutnya.
“duh.. acara TV nggak lain lagi ya, nggak ada yang rame, ka keluar yuk..?? suntuk nih Cuma kita berdua di rumah yang lain semua keluar, masa malam tahun baruan Cuma nongkrong di depan TV doang”
“emang mau kemana dingin-dingin kaya begini” sahut Lina
“kemana aja deh yang penting kita keluar, tapi yang pasti aku pengen nemuin Ifin dulu. Heee… hee…” nurul sambir nyengir ketawa
“ya udah, kalau begitu ganti baju gih”

Keduanya asik ganti, baju yang mereka pakaipun mempunyai model yang sama, hanya saja warnanya yang berbeda. Nurul memakai warna biru dan Lina memakai baju warna fink, fink memang sudah menjadi warna paforitnya. Dengan sedikit riasan wajah yang sederhana menampakkan bahwa mereka memang masih sangat muda. Mereka terlihat bersemangat untuk keluar walaupun dingin malam itu sangat menggelitik dan masih belum ada tujuan pasti kemana mereka akan pergi melewati malam pergantian tahun pada malam itu.

Mio Soul Lina melaju ke arah selatan, mengarah ke rah rumah Ifin. Di depan rumah ternyata Ifin sudah menunggu kehadiran kami, Lina lantas segera memarkir motor merah marun kesayangannya.
“Fin, kalian berdua rencananya mau kemana malam ini ?”
“rencananya mau ke lapangan Dwi Warna di Barabai, tapi masih bingung bisa pergi atau tidak. Kan kakak tau sendiri kalau aku nggak punya motor”
Lina, Nurul, dan Ifin tertegun di depan rumah Ifin yang juga merupakan rumah Dei, karena Ifin dan Dei itu bersaudara. Mereka bertiga sama-sama bingung memikirkan bagaimana caranya untuk bisa pergi jalan-jalan sedangkan motor hanya ada satu milik Lina, tidak mungkin kan mereka jalan atau berboncengan bertiga dengan satu motor.
“Drrrrrddrrrrtttt…..drrrdrrrrrttt….” Handphone di saku celana Lina bergetar menandakan kalau ada pesan masuk yang diterima. Ternyata itu pesan dari Dei.
“Malam Lin… lagi ngapain” bunyi isi smsnya
“lagi melamun di depan rumah kmu” balas Lina
“Haah..!! melamun di depan rumah aku ? kok bisa sih, emangnya kamu sama siapa di sana ?”
“aku bertiga sama Ifin dan Nurul, kami lagi sama-sama bingung mau jalan-jalan tapi nggak tahu caranya mau gimana, motor Cuma satu. By The Way gimana acara bakar-bakar ayam di rumah Haris jadi atau nggak ?”
”oh begitu, dikira kenapa. Kalau acara di rumah Haris kayaknya batal deh, tapi gimana kalau kamu ikut aku aja jalan-jalan jadi biar Ifin sama Nurul juga bisa jalan-jalan pakai motor kamu. Kebeteluan sekarang aku lagi nggak ada teman yang bisa diajak jalan nih”
“kemana ?, terus Rahma gimana ? aku kan nggak enak kalau nanti dia sampai tahu  aku pergi jalan-jalan dengan pacarnya”
“kalau aku terserah kamu aja pengennya mau pergi kemana, nanti aku ceritain deh kenapa malam ini aku nggak bisa jalan dengannya. Hmmmm… aku jemput sekarang ya !”
“OK.. !!!” balasan sms terakhir Lina
Lina memberitahukan kepada Ifin dan Nurul kalau Dei mengajak dia jalan-jalan. Spontan tanpa pikir panjang merek berdua langsung menyetujuinya, karena itu berarti mereka juga akan bisa jalan-jalan menggunakan motor Lina.

***

Lima menit berikutnya sudah datang Dei menjemput Lina, mereka pun memutuskan pergi ke Kandangan berharap ada acara yang memberikan hiburan mereka pada malam itu. Motor melaju dengan santai ke arah kota Kandangan sepanjang perjalanan mereka saling bercerita tentang bagaimana hubungan masing-masing dan Lina juga menceritakan bagaimana ia bisa putus dengan temannya Dei kemarin karena Dei juga mempertanyakan hal itu.
“aku bingung deh, kenapa kalau Rahma curhat ke aku selalu bilang kamu itu pemarah, tiap hari kerjaannya marah-marah, tiap hari juga kalian selalu bertengkar nggak ada damai-damainya”
“sebenarnya aku bukannya pemarah Lin, tapi kenapa berubah menjadi pemarah karena dia sendiri”
“maksudnya ?” Lina bingung mendengarnya
“Rahma itu tidak bisa menjaga kelakuannya dan kepercayaan yang aku berikan, aku tahu kalau dia selingkuh dan dia pun mengakuinya, sejak saat itu aku mulai berubah”
“Oh.. begitu ternyata, lalu sekarang kalian berdua gimana ?”
“aku tetap mencoba mempertahankannya, tapi rasa percayaku sudah menghilang karena pengkhianatannya. Dilihat terus menerus seperti ini tak akan bisa tahan lama. Contohnya saja malam ini, aku sengaja dan bela-belain nggak masuk kerja satu minggu niat untuk membahagiakan dia, menemani liburan tahun baru dia dan bisa melewatkan malam tahun baru sama-sama dengannya. Tapi ternyata aku salah, semua itu tak dia hargai, dia lebih memilih dengan kegiatannya sendiri bersama teman-temannya”
Penjelasan yang didengar Lina membuat Lina mengerti apa yang sebenrnya terjadi. Kalau sebelumnya dia hanya mendengar satu pihak dari Rahma bahwa semua itu selalu salah Dei tapi kini ia juga mendengar cerita dari Dei, membuat ia bisa menilai sendiri bagaimana hubungan Dei dan Rahma.

Di Kandangan terlihat lengang sepertinya tak ada acara yang berarti, hanya ada orang nongkrong-nonkrong di pinggir-pinggir jalan, musik keyboard di lapangan tenis Tumpang Talu. Hal itu membuat Dei dan Lina memutuskan putar arah menuju kota Barabai. Tepat jam 12.00 WITA mereka sampai di tengah-tengan kota Barabai. Suara kemeriahan bergema, riuh suara terompet saling bersahutan membahana, terlihat semua orang nampak bahagia melewati malam pergantian tahun malam itu. Anak-anak remaja terlihat berderet dengan motor yang dipajang di sepanjang pinggir jalan. Konvoi mobil dan sepeda motor tak lupa menambah kemeriahan malam itu. Namun sayang hal itu tak berselang lama karena secara tiba-tiba
“ByUuuuuuuurrrrr…” hujan kembali turun dengan lebatnya. Membuat basah semua yang ada di bawahnya, semua orang panik mencari tempat untuk berteduh termasuk dengan Dei dan Lina. Mereka meilih berteduh di depan sebuah gedung perkantoran. Banyak orang yang juga ikut berteduh di tempat mereka, namun banyak juga terlihat orang-orang yang memilih menembus dinginnya hujan. Dei dan Lina meskipun berdekatan namun tak ada sepetah atau dua patah kata pun yang mampu terucap dari mulut merek. Dingin yang sangat dingin seolah menutup rapat mulut mereka masing-masing.
Lina melirik jam di handphonenya, sudah pukul 01.00 WITA. Melihat hal itu membuat Dei mengerti, ia pun mengajak Lina untuk pulang karena hujan juga sudah mulai reda.

Motor beat putih yang mereka kendarai setia mengantarkan mereka menuju arah jalan pulang. Baru sekitar 2 km hujan lebat kembali mengguyur, bila harus menerjangnya itu berarti harus basah kuyup dan kedinginan. Tapi mereka kembali memilih untuk berteduh tepat di depan sebuah studio fhoto yang entah siapa pemiliknya. Rasa dingin yang mendera terasa menembus kulit dan menusuk-nusuk hingga ke tulang. Lina menggigil kedinginan, sekujur tubuhnya menggelitik, malam itu ia lupa mengenakan jaket membuat rasa dingin itu semakin menjadi-jadi. Sementara Dei berjarak 5 meter darinya, Dei rupanya sengaja menjaga jarak dengan Lina karena saat itu juga sedang mati lampu keadaan hujan dan gelap gulita membuat ia merasa takut kalau-kalau Lina berfikiran yang macam-macam tentangnya, padahal ia sangat kasian melihat Lina yang gemetar karena kedinginan, ingin sekali Dei melepaskan jaket yang ada ditubuhnya agar Lina bisa memakainya, tapi ia tidak berani malah takut nanti disangka berbuat lancang kepada Lina. Di tengah gelap gulita itu mereka memilih sama-sama berdiam diri dan menikmati rasa dingin yang menyelimuti dengan sama-sama mengunci mulut merek masing-masing.
Ternyata hujan tak jua menunjukkan tanda-tanda akan segera berhenti. Sementara Lina sudah mulai gelisah ingin segera pulang karena jam sudah mendekati pukul 03.00 WITA. Ia tak merasa enak hati dengan keluarganya kalau ia harus pulang lebih larut lagi. Ia pun memutuskan mengajak Dei pulang meskipun harus dengan menembus hujan. Sepuluh menit kemudian mereka sampai di rumah masing-masing dengan keadaan basah kuyup dan wajah pucat pasi.
Malam pergantian Dei dan Lina dilewati dengan basah kuyup dan menggigil kedinginan.

***

Sejak malam pergantian tahun itu Dei dan Lina mulai lebih mengakrabkan diri. Walaupun hanya sekedar melalui sms ataupun facebook. Mereka senang berbagi cerita, bercanda meskipun mereka tak saling bertemu setelah malam pergantian tahun dan malam minggu berikutnya karena Lina sudah kembali ke Banjarmasin untuk mengikuti ujian perkuliahan selama satu minggu.
Satu bulan, bahkan hingga dua bulan kemudian kekraban mereka terjalin di sms dan facebook saja. Karena masa libur perkuliahan selama dua bulan Lina habiskan dengan pergi ke Muara Teweh bersama orang tuanya. Mereka seolah sudah saling mengenal lebih dalam antara satu sama lain sehingga membuat mereka sama-sama merasa nyaman berteman bahkan saling curhat dan memperhatikanpun tak lagi menjadi hal yang aneh bagi mereka berdua.
Dei akhirnya putus dari Rahma, lina pun sudah mngetahui hal itu dan bagaimana ceritanya. Setelah putus dari Rahma Dei mulai lebih menunjukkan segenp perhatiannya hanya pada Lina. Karena ia merasa hanya Lina orang yang dekat, selalu perduli, dan memperhatikannya walaupun sejak dua bulan yang lalu mereka tidak pernah saling bertemu lagi. Lina pun sangat menyadari hal itu. Bahkan Dei pun tak segan dan berani membuat akun facebook yang baru menggunakan penggalan nama panjang Lina. “Dei’Farl” gabungan dari nama Dei dan Farlina.
Hingga tiga bulan berikutnya pun setelah Lina telah pulang ke Banjarmasin melanjutkan kuliahnya, mereka tetap saja tak pernah sama sekali bertemu. Namun segenap perhatian selalu tercurahkan antara keduanya. Padahal saat itu ada orang lain yang dekat dengan Lina, tapi hal itu pun terkalahkan. Merasa terbiasa dengan segala bentuk perhatian itu, hingga akhirnya karena hal itu ternyata membuat mereka merasa saling jatuh cinta. Dei terlebih dahulu memberanikan diri untuk menyatakan perasaan cintanya terhadap Lina. Namun tak disangka Lina malah menolaknya, padahal ia tahu bahwa Lina juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Namun keraguan yang mendera hati Lina yang membuat ia tak berani menerima Dei. Namun yang namanya Dei tak kenal dan tak pantang menyerah ia tetap berusaha meyakinkan Lina bahwa ia bersungguh-sungguh dan tak akan pernah menyakiti Lina. Hal itu membuat Lina luluh meskipun masih dengan perasaan yang ragu Lina pun menerima pernyataan cinta Dei. Cinta mereka pun akhirnya bersemi.

***
Lina sangat bersyukur mempunyai kekasih seperti Dei. Karena Dei sangat berbeda dengan mantan-mantan pacarnya dulu. Dei orang yang sangat mengerti dirinya, segenap perhatian, cinta, dan kasih sayang yang tulus saling tercurahkan antara keduanya, selalu mereka persembahkan meskipun terbentang jarak yang cukup jauh memisahkan mereka.
Saling terbuka, saling menjaga, saling percaya, saling setia, dan saling meneriam apa adanya mereka terapkan untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan hubungan yang telah mereka bangun dan jaga sejak sepuluh bulan yang lalu. Niat indah yang segera ingin dicapai adalah untuk segera seceptnya membawa hubungan yang telah terjalin ke gerbang pernikahan, menyatukan diri menjadi sepasang kekasih halal, membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.
Meskipun awalnya Dei dan Lina tidak pernah menyangka sama sekali kalau mereka akan menjadi sepasang kekasih. Karena mereka sama-sama menyadari kalau sebelumnya Dei adalah dulunya pacar Rahma yang berteman dengan Lina. Dan Lina pun adalah mantan pacar temannya Dei juga. Bahkan dulu mereka berempatpun sempat jalan-jalan bersama saat lebaran meskipun saat itu Dei dan Lina saling cuek tidak terlalu saling kenal.
Tapi yang memang sudah jalannya apa mau dikata. Takdir mempersatuka mereka. Meskipun diawal huungn sangat terasa ada hal yang membebani. Bulan pertama mereka memilih menutupi rapat hubungan mereka dari siapapun juga bahkan dari masing-masing orang terdekat mereka. Karena saat itu Lina masih saja merasa tak enak hati dengan Rahma seandainya ia tahu bahwa Lina sudah menjadi kekasih Dei dan kepada orang-orang yang mengetahui pertemanan Lina dan Rahma, ia takut kalau orang lain berfikiran bahwa Lina yang merebut Dei dari Rahma dan membuat perpecahan pada hubungan mereka. Walaupun saat Dei dan Lina jadian, Dei dan Rahma sudah putus selama satu bulan yang lalu dan Rahma sendiri yang memutuskan hubungan mereka berdua. Tapi Lina tahu betapa Rahma masih begitu menyayangi Dei dan tidak bisa melupakan Dei begitu saja. Terbukti ia masih sering mengsms dan menelpon Dei berharap Dei kembali memperhatikannya. Namun hal itu tak pernah digubris dan diperdulikn Dei sama sekali.
Akhirnya mereka Dei dan Lina sepakat untuk membuka hubungan yang mereka sembunyikan sebelumnya bahkan disengaja agar Rahma pun mengetahuinya. Meskipun pada awalnya Rahma sempat marah pada Lina karena ia tak menyangka kalau temannya sendiri yang kini menjadi kekasih mantan yang ia sayangi. Namun Rahma bisa menerima hubungan Dei dan Lina. Meskipun begitu Lina tak henti-hentinya meminta maaf pada Rahma karena ia menyadari dan merasa bersalah mencintai orang yang juga Rahma sayangi. Namun di satu sisi ia merasa bersyukur Rahma mau mengerti dan membuat mereka tak lagi menutup-nutupi cerita cinta mereka. Dei dan Lina selalu ingin semua orang tahu, melihat dan iri dengan cinta mereka. Keduanya selalu nampak berbahagia, tak pernah tergoyahkan, dan selalu saling cinta.

Dei… You are my destiny
Lina… You are my destiny


cerpen ini 99% adalah kisah nyata & ku persembahkan untuk calon suamiku tercinta "Dei"
 I love you always... 28 maret 2012

Minggu, 16 Maret 2014

Kajian Semiotika Puisi



Kajian Semiotik Puisi
“Tasanda jua Banyu Mata Ngini” Abdurrahman El Husaini

Pengertian Kajian Semiotik
Dari istilah, semiotik berasal dari kata Yunani kuno “semeion” yang berarti tanda atau “sign” dalam bahasa Inggris. Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi dan ekspresi. Di dalam penelitian sastra, pendekatan semiotik khusus meneliti sastra yang dipandang memiliki sistem tersendiri, sedangkan sistem itu berurusan dengan masalah teknik, mekanisme penciptaan, masalah ekspresi, dan komunikasi. Kajian sastra harus dikaitkan dengan masalah ekspresi dan manusianya, bahasa, situasi, simbol, gaya, dan sebagainya.
Dalam sastra, semiotik menjadi satu istilah untuk pendekatan. Pendekatan semiotik adalah pendekatan yang bertolak dari pandangan bahwa semua yang terdapat dalam karya sastra merupakan lambang-lambang atau kode-kode yang mempunyai arti/makna tertentu. Arti/makna itu berkaitan dengan sistem yang dianut. Pengetahuan tentang kehidupan masyarakat tidak dapat diabaikan dalam menganalisis karya sastra dengan pendekatan semiotik.

Ruang Lingkup Kajian Semiotik
Kajian semiotik yang dikemukakan pada bagian ini terutama seperti yang dikemukakan oleh Roland Barthes, seorang tokoh semiotik dari perancis yang mengajak pembaca sastra untuk memperoleh modus transaksi amanat. Pembaca menjadi tidak sia-sia melakukan interpretasi terhadap makna karya sastra. Barthes (Djojosuroto,2005:72-74) melakukan pendekatan lima sistem kode, yaitu (1) kode teka-teki, (2) kode konotatif, (3) kode simbolis, (4) kode aksian, dan (5) kode  budaya.
1.      Kode teka-teki
Kode teka-teki berkisar pada harapan pembaca mendapatkan nilai kebenaran terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam karya sastra (termasuk puisi). Kode tersebut menjadi (salah satu) struktur pada puisi. Ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa berteka-teki dan penyelesaiannya dalam puisi. Kode tersebut juga dapat membangkitkan hasrat dan kemauan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang dikandung sebuah puisi.
2.      Kode konotatif
Kode konotatif menawarkan banyak sisi dalam sastra (termasuk puisi). Pembaca menyusun tema atau pesan pada saat pembacaan. Konotasi kata atau frasa tertentu dalam teks puisi dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frasa yang mirip. Dalam puisi tanda-tanda verbal yang digunakan menemukan keutuhannya. Hal tersebut disebabkan karena puisi merupakan dunia imajinatif yang lengkap dengan sisi ruang waktu serta gerak. Kumpulan satuan konotasi mengantarkan pembaca pada tema atau pesan puisi yang bersangkutan.
3.      Kode simbolis
Kode simbolis adalah dunia lambang atau dunia personifikasi manusia dalam menghayati arti hidup dan kehidupan. Simbol pada puisi merupakan aspek pengkodean paling khas yang bersifat struktural. Pengenalan simbol dilakukan melalui kelompok-kelompok atau bentuk-bentuk yang teratur. Dapat pul dengan mengulang berbagai macam kode dan maksud pada teks puisi. Puisi kontemporer (kadang-kadang) penuh dengan simbol-simbol.
4.      Kode aksian
Kode aksian mengandung prinsip bahwa perbuatan(-perbuatan) yang dituangkan dalam puisi melalui bahasa yang disusun secara linier. Kode aksian merupakan perlengkapan utama teks yang dibaca orang. Semua aksian dapat dikodifikasi dari awal hingga akhir. Dasar penuangan secara linier itu adalah karena tidak semua aksian dapat dituangkan secara serentak dalam teks puisi.
5.      Kode budaya
Kode budaya merupakan acuan teks yang sudah diketahui dan dikodifikasi sehubungan dengan budaya pada puisi yang tengah dikaji. Kode tersebut merupakan peran metalingual, yakni pengkajian yang dilakukan dalam masyarakat mengenai hubungan faktor bahasa dan faktor nonbahasa. Metalingual tampak bila dihubungkan antara kejadian dalam teks dengan realitas budaya. Budaya itu sendiri dapat berupa keseimbangan maupun penyimpangan, baik sebagian maupun seluruhnya.



Tasanda jua Banyu Mata Ngini

Tasanda jua banyu mata ngini paampihannya
Lawan sungai-sungai nang ditabat
Lawan pahumaan-pahumaan nang disaluh manjadi rumah-rumah ganal bagus
Lawan gunung manggunung nang diruntuhkan
Lawan puhun mamuhun nang ditabangi
Lawan paparutan tanah nang dibungkari

Cuba pian liati janak-janak
Cuba pian janaki pitih-pitih
Amun kumarau
Kumarau balalandangan
Amun musim ujan
Ba ah  saalaman

Musim kada kawa ditangguhi lagi
Nang disangka panas sakalinya ujan sing labatan
Nang disangka ujan sakalinya panas manggatang
Mbah anu ujan mbah anu panas
Mbah anu panas mbah anu ujan

Tasanda jua banyu mata ngini paampihannya
Lawan ingui tangis kita barataan

(Abdurrahman El Husaini, Doa Banyu Mata, 2011:66)







Kode Teka-teki Puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini”
Kode teka-teki puisi “Tasanda jua Banyu Mata ngini” karya Abdurrahman El Husaini (2011:66) dapat dikemukakan berdasarkan teks terhadap puisi tersebut. Teka-teki yang muncul pada puisi tersebut terutama mengapa si penulis dalam puisi tersebut mengatakan “tasanda jua banyu mata ngini paampihannya” ? atau dalam bahasa Indonesia mengapa si penulis dalam puisi tersebut mengatakan bahwa air matanya telah tergadai setelahnya? pada sebuah puisi kadang-kadang ada teka-teki (pertanyaan) yang secara tersurat terdapat jawabannya. Ada pula hingga akhir teks puisi, jawaban terhadap teka-teki tersebut tidak ditemukan.
Pada puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini” teka-teki (pertanyaan) mengapa si penulis dalam puisi tersebut mengatakan “tasanda jua banyu mata ngini paampihannya” ? secara tersurat terdapat jawabannya. Bahwa si penulis menyatakan kepedulian dan kesedihannya terhadap keadaan bumi yang sudah berubah dimasa sekarang akibat pengaruh globalisasi, khususnya sangat dirasakan pada perubahan musim yang sudah tidak menentu lagi.
Teka-teki tersebut terjawabkan pada kutipan berikut :

Cuba pian liati janak-janak
Cuba pian janaki pitih-pitih
Amun kumarau
Kumarau balaladangan
Amun musim ujan
Ba ah saalaman

Musim kada kawa di tangguhi lagi
Nang disangka panas sakalinya ujan sing labatan
Nang disangka ujan sakalinya panas manggatang
Mbah anu ujan mbah anu panas
Mbah anu panas mbah anu ujan

Tasanda jua banyu mata ngini paampihannya
Lawan ingui tangis kita barataan

Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa mengapa si penulis dalam puisi tersebut mengatakan “tasanda jua banyu mata ngini paampihannya” ? karena si penulis merasakan kesedihan yang teramat melihat kondisi lingkungan dan bumi yang berubah, khususnya sangat terasa pada perubahan musim yang sudah tidak menentu lagi karena pengaruh globalisasi, seperti pada kutipan berikut :

Lawan sungai-sungai nang ditabat
Lawan pahumaan-pahumaan nang disaluh menjadi rumah-rumah ganal bagus
Lawan gunung-manggunung nang diruntuhakan
Lawan puhun-mamuhun nang ditabangi
Lawan paparutan tanah nang dibungkari

Kode Konotatif Puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini”
Kode konotatif yang terdapat pada puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini”  terdapat pada kutipan kata-kata “tasanda jua banyu Mata Ngini Paampihannya” yang terdapat pada bait pertama, larik pertama dan bait terakhir,larik pertama “tasanda jua banyu mata ngini paampihannya”. Si penulis dalam puisi ini mengungkapkan kesedihannya menggunakan kata-kata “tasanda”, dalam bahasa Indonesia arti dari “tasanda” adalah tergadai. Namun dalam puisi ini menggunakan kode konotatif dimaksudkan bukan menyatakan bahwa air mata si penulis itu tergadaikan seperti layaknya barang. Namun si penulis mengatakan air matanya tasanda bermakna tentang kesedihannya, yang ia nyatakan dengan kata-kata tasanda, kita sendiri dapat mengartikan tasanda itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Betapa kesedihan si penulis melihat kenyataan bahwa keadaan lingkungan dan bumi dimasa sekarang ini sudah tidak seperti dahulu lagi, karena pengaruh dari globlisasi, khususnya pada perubahan musim yang tidak menentu dan berpola seperti dahulu. Tidak ada kata lain dan hanya air mata yang tak terkira yang mampu ia ungkapkan atas kesedihan yang melanda pada diri si penulis atas apa yang telah terjadi dan melihat kenyataan keadaan lingkungan dan bumi seperti saat ini.
Seperti terdapat pada kutipan berikut :

Tasanda jua banyu mata ngini paampihannya
Lawan ingui tangis kita barataan

Kode Simbolis Puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini”
Kode simbolis yang terdapat pada puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini” yaitu mengenai kesedihan dan tangisan si penulis terhadap kerusakan yang terjadi di muka bumi oleh tangan-tangan jahil manusia yang hanya memikirkan kepentingan semata tanpa mau tahu dan peduli dengan dampak yang dihasilkan olehnya.
Pada tersebut dikemukakan bahwa arus globalisasi yang begitu pesat tidak dapat dipungkiri telah memberikan dampak yang begitu besar terhadap perubahan iklim/musim di dunia, kemodrenan dunia yang berkembang saat ini tidak seimbang dengan upaya perbaikan atas dampak-dampak negatif yang dihasilkannya.
Simbol globalisasi yang ditampilkan si tokoh dalam puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini “ terletak pada kutipan berikut:

Lawan sungai-sungai nang ditabat
Lawan pahumaan-pahumaan nang disaluh menjadi rumah-rumah ganal bagus
Lawan gunung-manggunung nang diruntuhakan
Lawan puhun-mamuhun nang ditabangi
Lawan paparutan tanah nang dibungkari

Pada kutipan di atas terpampang jelas tentang perubahan-perubahan terhadap bumi atas berkembangnya arus globalisasi. Atas nama kemodernan dan kepentingan segala macam hal dilakukan.
Simbol ajakan kepada pembaca juga ditunjukan dalam puisi ini, pembaca diajak untuk melihat lebih seksama, membuka mata lebar-lebar tentang perubahan musim yang telah terjadi. Yang apabila sudah terjadi kemarau, kemarau berkepanjangan begitu pula dengan musim hujan, hujan terus-menerus mengakibatkan banjir dimana-mana.

Cuba pian liati janak-janak
Cuba pian janaki pitih-pitih
Amun kumarau
Kumarau balaladangan
Amun musim ujan
Ba ah saalaman

Musim kemarau yang panjang panjang sering merugikan penduduk, khususnya bagi para petani dimana banyak lahan pertanian menjadi kering, ternak mati tak ada yang bisa ia makan karena rumput kering. Bahkan sering terjadinya kebakaran hutan terutama di pulau Kalimantan dan Sumatra. Tingkat panas suhu bumi pada musim kemarau saat ini melebihi batas normal. Begitu pula dengan musim hujan yang berkepanjangan di kota-kota besar dan di daerah-daerah yang hutannya gundul musim hujan sering mendatangkan bencana banjir. Bencana ini menimbulkan dampak yang juga begitu besar seperti banyaknya rumah penduduk yang terendam karenanya. Bahkan tidak sedikit kehilangan harta dan nyawa penduduk yang terkena musibah tersebut.
Simbol bahwa telah terjadinya perubahan ditunjukan dengan keadaan musim yang telah berubah sangat dapat dirasakan oleh kita semua, dahulu perubahan musim selalu berganti tiap enam bulan sekali. Musim hujan di Indonesia terjadi pada bulan Oktober hingga April. Sedangkan musim kemarau terjadi di bulan April hingga Oktober. Namun sekarang sangat terasa berbeda perubahannya tidak teratur seperti dahulu. Malahan di masa sekarang ini kita sering mendengar yang namanya cuaca ekstrim, perubahan musim yang drastis yang terkadang melebihi batas normalnya seperti pada kutipan berikut,

Musim kada kawa di tangguhi lagi
Nang disangka panas sakalinya ujan sing labatan
Nang disangka ujan sakalinya panas manggatang
Mbah anu ujan mbah anu panas
Mbah anu panas mbah anu ujan

Simbol keprihatinan dan kesedihan terhadap keadaan bumi juga ditunjukan dalam puisi ini. Banyu mata merupakan simbol dari keprihatinan dan kesedihan itu. Meskipun menangis hingga air mata kering takkan mampu membayar dan mengembalikan semua kerusakan yang telah terjadi di muka bumi. Sekarang setelah apa yang terjadi apa yang mampu kita perbuat ? pada akhirnya kita semua hanya mampu menangis, meratapi, menyesali semuanya.

Tasanda jua banyu mata ngini paampihannya
Lawan ingui tangis kita barataan

Pada puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini” tersirat juga memberi pesan bahwa pada saat ini kita harusnya lebih peduli dengan kondisi lingkungan dan bumi yang sudah tidak lagi bersahabat dengan kita. Seperti terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri, konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota airnya, kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi di beberapa kota seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius, Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara dan debu. Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020. Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang disengaja atau oleh bencana kebakaran. Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin menyempit dan mengalami pencemaran. Semua hal di atas tidak lain karena hasil dari perbuatan manusia sendiri yang mengatasnamakan kepentingan dan globalisasi.
Masih kah kita memandang semua hal tersebut dengan biasa-biasa saja ? sementara alam  tempat kita berpijak kita tidak lagi bersahabat baik dengan penghuni di dalamnya. Hendaknya kita harus sadar diri dan bersifat ramah terhadap lingkungan, karena kita jua lah penghuni bumi itu sendiri.

Kode Aksian Puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini”
Ada beberapa aksian yang terdapat pada puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini”. Aksian itu ada yang bersifat aktif dan ada pula yang bersifat pasif. Aksian yang bersifat aktif-dinamis sesuai dengan struktur puisi-pertama terletak pada kutipan:

Cuba pian liati janak-janak
Cuba pian janaki pitih-pitih
Amun kumarau
Kumarau balalandangan
Amun musim ujan
Ba ah saalaman


Pada kutipan di atas bentuk aksian aktif si penulis untuk menunjukkan dan mengajak kepada si pembaca untuk melihat maksud yang disampaikannya. ”Cuba pian liati janak-janak, cuba pian janaki pitih-pitih”, kalimat tersebut berupa aksian aktif berbentuk ajakan agar si pembaca melihat dengan benar-benar, lebih jelas dan seksama bagaimana keadaan bumi yang disampikannya melalui puisi tersebut. Yaitu betapa musim sangatlah berubah, musim kemarau dan musim hujan sudah tidak dapat ditebak lagi, tidak sesuai dengan pergantian musim yang tepat berganti setiap enam bulan. Bila sudah musim kemarau, kemarau berkepanjangan. Apabila musim hujan banjir seluruhnya. Semua ini dikarenakan berasal dari pengaruh adanya globalisasi. Khususnya pada perubahan musim seperti yang sering kita dengar baik di televisi maupun lainnya “Global Warming” atau pemanasan global.
Adapun untuk aksian yang bersifat pasif pada puisi ini yang merupakan jawaban yang berbentuk keprihatinan yang sangat dirasakan oleh si penulis. Seperti pada kutipan berikut,

Tasanda jua banyu mata ngini paampihannya
Lawan ingui tangis kita barataan

Kutipan di atas merupakan aksian bersifat pasif yang merupakan bentuk keprihatinan bahwa tak ada yang mampu diperbuat untuk mengembalikan semuanya seperti semula, keprihatinan atas nasib bumi tempat manusia berpijak. “Tasanda jua banyu mata ngini paampihannya/lawan ingui tangis kita barataan” menunjukkan pada akhirnya nanti kita hanya bisa menangisi semua hal yang telah terjadi tanpa mampu berbuat apa-apa. Indutrialisasi yang merupakan bagian dari globalisasi telah memberikan dampak negatif yang begitu besar. Air mata yang keluar takkan akan merubah atas apa yang telah terjadi.

Kode Budaya puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini”
Kode budaya yang terdapat pada puisi “Tasanda jua Banyu Mata Ngini” terutama segala sesuatu yang berkenaan dengan apa yang menyebabkan perubahan pada kondisi lingkungan dan bumi pada masa sekarang. Banyak hal-hal yang membuat perubahan itu terjadi, yaitu terjadinya globalisasi pada kehidupan dunia saat ini seperti yang dikutip pada puisi berikut :

Lawan sungai-sungai nang ditabat
Lawan pahumaan-pahumaan nang disaluh manjadi rumah-rumah ganal bagus
Lawan gunung manggunung nang diruntuhakan
Lawan puhun mamuhun nang ditabangi
Lawan paparutan tanah nang dibungkari

Berkurangnya lahan-lahan yang memberikan kesejukan untuk bumi, pohon-pohon yang menyerap gas-gas beracun dikarenakan Sungai-sungai di tabat/ dibendung, lahan-lahan pertanian di sulap menjadi perumahan, gunung-gunung yang diruntuh untuk diambil kekayaan yang ada didalamnya, pohon-pohon yang ditebang, dan isi perut bumi yang dibongkar dan diambil isinya untuk keperluan manusia semata. Semua itu di lakukan manusia tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkannya.
Dalam memenuhi kebutuhan, manusia pasti akan mengambil dan mengolah sumber daya yang ada di alam. Dengan kata lain untuk mensejahterakan kehidupan tiap masyarakat tidak dapat lepas dari alam, sehingga sumber daya yang ada di alam baik yang bisa diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui akan terus diambil. Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dalam suatu negara juga bisa diukur dari banyaknya sumber daya yang diolah oleh negara tersebut. Semakin banyak sumber daya yang diolah oleh sutunegara semakin makmur masyarakat di negara tersebut, dan sebaliknya. Global warming bisa disebabkan oleh pengrusakan sumber daya alam oleh manusia, proses industrialisasi juga mengakibatkan polusi yang bisa merusak alam.
Pemanasan global menjelaskan kenyataan bahwa suhu bumi terus meningkat dalam tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Dengan meningkatnya suhu permukaan bumi, air dan atmosfer bumi secara terus menerus mengakibatkan perubahan di kebanyakan sistem alam seperti iklim dan lingkar kehidupan tumbuhan dan hewan dalam efek jangka panjang. Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca dari berbagai macam gas yang ada di atmosfer bumi, secara alamiah simar matahari mempengaruhi kondisi iklim dan cuaca di bumi. Panas sinar matahari yang menuju permukaan bumi sebagian diserap dan sebagian akan dipantulkan kembali oleh gas-gas tersebut, sehingga panas bumi akan terus terjaga.
Pemanasan global memicu berbagai ketidakseimbangan dalam lingkungan hidup termasuk di dalamnya manusia,hewan, dan tumbuhan. Pemanasan global mengakibatkan semakin banyaknya bencana alam seperti angin topan, banjir, kebakaran hutan, cuaca yang ekstrem, dan lain sebagainya. Tingkat suhu air terus meningkat, es kutub yang mencair menyebabkan iklim yang berubah-ubah dan tingkat ketinggian air terus meningkat. Musim yang berubah-ubah menyebabkan siklus kehidupan hewan dan tanaman tidak sesuai, tingkat ketinggian air laut menutup sebagian besar mata air jernih di beberapa bagian dunia.  sedangkan kutub merupakan salah satu bagian bumi yang mengontrol suhu bumi.
Melihat kenyataan bumi yang demikian tidakkah kita juga turut merasa sedih karenanya. Sehingga tak heran jadilah si penulis mengungkapkan semua kepedulian dan kesedihannya terhadap bumi ini dengan kata-kata “tasanda jua banyu mata ngini paampihannya, lawan ingui tangis kita barataan”. (tergadai juga air mata ini setelahnya, dengan tangisan kita semua”.










Daftar Pustaka

El Husaini, Abdurrahman. 2011. Doa Banyu Mata Kumpulan Puisi Bahasa Banjar. Banjarmasin: Tahura Media.
Sulistyowati, Endang dan Tarman Effendi Tarsyad. 2012. Kajian Puisi: Struktural, Semiotik, Stilistika, Bandingan, dan Sosiologi. Banjarmasin: Scripta Cendikia.
Sulistyowati, Endang dan Tarman Effendi Tarsyad. 2011. Teori dan Sejarah Puisi Indonesia. Banjarmasin: Scripta Cendikia.
Hapip, Abdul Djebar. 2008. Kamus Banjar-Indonesia. Banjarmasin: CV Rahmat Hafiz Al-Mubaraq.
markopet.blogspot.com/.../dampak-negatif-globalisasi-terhadap.html