Minggu, 11 Mei 2014

Cerpen "Dei'farl"





Dei’Farl
You are my destiny


L
ina duduk di teras rumah sambil memandangi turunnya air hujan yang membasahi bumi malam itu. Ia Nampak tersenyum, wajahnya berseri meskipun saat itu dingin yang menggelitik menerpa kulitnya yang berwarna sawo matang, angin yang berhembus membuat rambut panjangnya tergerai.
Malam itu kebahagiaan sangat terasa dan menyelimuti hati Lina. Ya.. karena setelah sekian lama terpisahkan jarak yang cukup jauh dengan kekasihnya, akhirnya sore sabtu saat libur kuliah Lina segera pulang ke barabai meskipun di sana adalah kampong halamannya tapi tujuan utamanya pulang karena sangat rindu pada keluarga terlebih lagi pada kekasihnya.
Setelah sampai di Barabai Lina pun tak menyia-nyiakan waktu, malam itu juga ia ingin bertemu dengan kekasih tercintanya, ingin bermalam minggu ria layaknya pasang kekasih lainnya yang tak pernah bisa ia jumpai apabila ia sedang berada di Banjarmasin karena kekasihnya berada di Barabai.
“Hayooo… kenapa senyum-senyum sendiri ?” suara Dei menyapa lamunan Lina.
Dei memang sembari tadi duduk didekat Lina dengan dibatasi oleh meja bundar kecil di tengah-tengah mereka.
“aku Cuma lagi bahagia, malam ini aku bisa ketemu kamu lagi”
“aku juga merasa bahagia sayang, akhirnya malam minggu ini ada kamu yang menemani aku”
“hmmm… tapi sayang gara-gara hujan kita nggak bisa jalan kemana-mana, Cuma nongkrong di depan rumah ku aja”
“nggak apa-apa kok sayang, kamu pulang dan sekarang ada di sampingku saja aku sudah sangat bersyukur”
“terima kasih sayang, selalu menyayangi dan mengerti aku”
“sama-sama, kamu juga sayang”
Malam itu malam minggu, sebenarnya Dei dan Lina ingin pergi jalan-jalan tapi semenjak lepas magrib dan berselang lima menit Dei sampai untuk menjemput lina hujan sudah mengguyur diantara kegelapan.  Sehingga membuat rencana mereka menjadi batal. Malam minggu itu mereka lewatkan di depan rumah sambil mengenang cerita cinta yang mereka rajut.
“sayang, kalau hujan-hujan seperti ini aku selalu ingat awal kedekatan kita” ungkap Lina
“iya sayang, aku juga ingat. Apalagi saat kami menggigil kedinginan tapi aku malah cuek sama sekali nggak berani menyapa”
“huuh dasar, nggak kasian ya malam itu melihat aku gemetar, mengigil kedinginan ?”
“ya kasian lah, tapi aku sama sekali nggak berani”
“nggak berani ? nggak berani apa sih ?” timpal Lina
“ya nggak berani aja, hee… karena kamu saat itu masih bukan siapa-siapa aku, jadi aku takut kalau-kalau kamu malah berfikiran aku lancang atau mencari kesempatan hujan-hujan dan mati lampu seperti itu, padahal aku kasian, pengennya minjamin kamu jaket yang aku pakai, tapi aku malu dan sama sekali nggak berani”
“oOh.. begitu rupanya”
“iya sayangku, cintaku, pujaan hatiku” rayu Dei sambil tersenyum
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WITA, hujan mulai reda, Dei memutuskan untuk pulang dan Lina mengiyakan. Tak lupa kecupan hangat mendarat  di dahi Lina diiringi dengan ucapan lembut I Love You dan selamat malam membuat Lina menjadi berbunga-bunga dan menambah kebahagiaannya malam itu. Malam yang bisu menjadi saksi betapa indahnya cinta mereka berdua.

***

Siang itu Lina merasa bingung membaca sms yang dikirim Rahma untuknya yang isinya “ Emm… maaf ini siapa ?”, jelas saja kebingungan itu dikarenakan sejak tadi pagi Rahma selalu mengirimkan sms kepada Lina tidak lain dan tidak bukan bertemakan tentang keluh kesah cerita cintanya dengan seorang pria bernama Dei.
Dei yang berperawakan tinggi +/- 165 cm, tidak terlalu kurus dan tidak gemuk alias sedang-sedang saja, berambut pendek dan bermata sipit memang tidak asing bagi Lina meskipun ia tidak berteman langsung dengan Dei, tapi ia mengenali Dei sebagai teman akrab/sahabat mantan pacarnya. Siapa saja pasti bingung menerima balasan sms seperti itu, karena sesuatu hal yang nggak mungkin kalau secara tiba-tiba temannya yang memang baru dikenalinya kurang lebih 2 bulan itu tidak mengenalinya lagi.
“ masa sih Rahma tiba-tiba lupa ingatan, padahal baru 10 menit tadi sms nya masih nyambung” gumam Lina sambil mengerutkan keningnya.
Di dorong rasa penasaran yang terbesit di hatinya Lina berfikir dan memutuskan untuk membalas sms itu.
“ Maaf ini siapa ya.. ?? bukannya ini Rahma” dengan lincah jari-jari Lina mengetik keypad handphone nokia E63 berwarna putih yang dibelinya setahun yang lalu.

Sejenak ia duduk di kursi teras rumahnya, sambil terus memandangi handphone menunggu balasan sms dari seseorang yang entah siapa dan yang pasti membuatnya bingung dan sangat penasaran. Berselang lima menit handphone di tangannya berdering dengan nada dering lagu Tell Me Goobye nya Big Bang membuatnya langsung tahu bahwa ada sms yang masuk. 1 pesan diterima, tidak salah sms itu balasan dari sms yang ia kirimkan.
“ Aku Dei, ini siapa ?” bunyi balasannya.
Lantas mereka saling membalas sms sehingga sampailah pada kesimpulan bahwa ternyata Dei dan Rahma saling bertukar kartu/no handphone, pantas saja sms yang dikirim untuk Rahma dibalas oleh Dei. Karena merasa sudah mulai akrab walau hanya sekedar di sms, Dei mulai memberanikan diri bertanya tentang mau kemana dan apa acara Lina nanti malam, kebetulan nanti malam bertepatan dengan pergantian tahun.
“Lin, nanti malam acara pergantian tahun. Kamu mau kemana ?” sms nya
“aku nggak tau Dei, nggak ada rencana mau pergi kemana dan biarpun pengen aku nggak ada teman yang bisa diajak buat jalan. Kan nggak asik kalau aku jalan-jalan sendirian” balas Lina
“Gimana kalau nanti malam kamu ikut gabung dengan aku aja, nanti malam kami ada acara bakar-bakar ayam di rumahnya haris, jadikan kamu ada temannya” balas Dei lagi.
“hmmmm… boleh juga tuh, tapi aku malu sama teman-teman kamu, aku kan nggak kenal mereka, masa orang yang nggak mereka kenal ikut gabung dengan mereka, bisa-bisa aku mati gaya dan lagian emang kamu nggak pengen jalan-jalan sama Rahma ?” balas Lina lagi
“aaahhh.. nggak apa-apa kok, teman-temanku baik-baik kok lagian kan ada aku, aku siap jadi teman kamu. Kamu kan teman Rahma otomatis teman aku juga jadi nggak usah malu. Kalau urusan Rahma nggak apa-apa, katanya dia ada acara sendiri nanti malam” sms berikutnya yang dikirikan oleh Dei.
“Ooh begitu to,, Ok, kita lihat sikon nanti malam yaa, aku masih nggak berani janji dan memastikan nanti malam aku bisa ikut atau nggak” sms Lina melayang di udara
“Ok di tunggu kabarnya nanti malam” pesan terakhir yang diterima Lina sekaligus menjadi penutup acara saling berkirim sms antara Lina dan Dei sore itu.
Lina merasa sedikit senang karena telah ada acara yang direncanakan meskipun masih belum pasti 100 %. Artinya malam pergantian tahun yang akan dilewati nanti malam Lina bisa melewatinya seperti orang lain, tidak merenung sendiri dan kesepian karena tidak ada teman seperti pikirannya tadi siang.

***

Angin berarak menyapa senja itu, daun-daun dan ranting-ranting melambai dengan hebatnya, pohon kelapa seakan menari-nari di ketinggian. Angin di senja itu memang terasa sangat kencang. Awan gelap yang sejak tadi sore menampakkan dirinya sudah mulai mencoba jatuh perlahan-lahan dan pelan. Itu artinya malam ini akan turun hujan.
Lina berdiri di depan pintu sambil memandang langit senja itu
“yaaa… sudah pasti hujan nanti malam  ceritanya, nggak asik dong malam tahun baru diguyur hujan” batinnya
Lina melamun sambil menatap gerimis yang turun, rasa sedikit kecewa pun karena malam ini akan diguyur hujan menyelimuti hatinya.
“hayo… nanti kesambet setan lo, senja-senja ngelamun di depan pintu, pamali kata orang bahari ?”
Suara itu mengagetkan Lina. Lina tidak sadar kalau Nurul sejak tadi berdiri di belakangnya. Nurul adalah adiknya Lina yang berjarak dua tahun dengannya.
“Ah… kamu rul, membuat aku kaget aja”
“lagian, senja malah ngelamun”
“hmmmm…. kayanya batal deh acara nanti malam”
“emangnya kaka mau kemana dan ada acara dimana ?”
“hee… hee… nanti malam aku rencananya mau ikut Dei, ada acara bakar-bakar ayam di rumah Haris”
“Oh.. kalau aku masih belum pasti mau kemana, biar ada pacar juga tapi nggak ada motor gimana mau bisa jalan-jalan”
“terus ....???”
“nggak tau deh ..!!!” sambil beranjak masuk ke dalam rumah bersama Lina.

Senja perlahan-lahan mulai tersisihkan oleh gelap, malam perlahan mulai menyapa diiringi dengan gemuruh hujan yang turun dengan lebatnya. Lagi-lagi malam pergantian tahun diguyur hujan, hampir tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

***

Jam menunjukkan pukul 20.58 WITA, langit yang sejak tadi menangis akhirnya mereda. Namun dinginnya begitu amat terasa hingga menusuk-nusuk sampai ke tulang.
“brrrbbbrrrbbbrrr…. Ajipppp, dingin banget” nurul sambil menarik selimutnya.
“duh.. acara TV nggak lain lagi ya, nggak ada yang rame, ka keluar yuk..?? suntuk nih Cuma kita berdua di rumah yang lain semua keluar, masa malam tahun baruan Cuma nongkrong di depan TV doang”
“emang mau kemana dingin-dingin kaya begini” sahut Lina
“kemana aja deh yang penting kita keluar, tapi yang pasti aku pengen nemuin Ifin dulu. Heee… hee…” nurul sambir nyengir ketawa
“ya udah, kalau begitu ganti baju gih”

Keduanya asik ganti, baju yang mereka pakaipun mempunyai model yang sama, hanya saja warnanya yang berbeda. Nurul memakai warna biru dan Lina memakai baju warna fink, fink memang sudah menjadi warna paforitnya. Dengan sedikit riasan wajah yang sederhana menampakkan bahwa mereka memang masih sangat muda. Mereka terlihat bersemangat untuk keluar walaupun dingin malam itu sangat menggelitik dan masih belum ada tujuan pasti kemana mereka akan pergi melewati malam pergantian tahun pada malam itu.

Mio Soul Lina melaju ke arah selatan, mengarah ke rah rumah Ifin. Di depan rumah ternyata Ifin sudah menunggu kehadiran kami, Lina lantas segera memarkir motor merah marun kesayangannya.
“Fin, kalian berdua rencananya mau kemana malam ini ?”
“rencananya mau ke lapangan Dwi Warna di Barabai, tapi masih bingung bisa pergi atau tidak. Kan kakak tau sendiri kalau aku nggak punya motor”
Lina, Nurul, dan Ifin tertegun di depan rumah Ifin yang juga merupakan rumah Dei, karena Ifin dan Dei itu bersaudara. Mereka bertiga sama-sama bingung memikirkan bagaimana caranya untuk bisa pergi jalan-jalan sedangkan motor hanya ada satu milik Lina, tidak mungkin kan mereka jalan atau berboncengan bertiga dengan satu motor.
“Drrrrrddrrrrtttt…..drrrdrrrrrttt….” Handphone di saku celana Lina bergetar menandakan kalau ada pesan masuk yang diterima. Ternyata itu pesan dari Dei.
“Malam Lin… lagi ngapain” bunyi isi smsnya
“lagi melamun di depan rumah kmu” balas Lina
“Haah..!! melamun di depan rumah aku ? kok bisa sih, emangnya kamu sama siapa di sana ?”
“aku bertiga sama Ifin dan Nurul, kami lagi sama-sama bingung mau jalan-jalan tapi nggak tahu caranya mau gimana, motor Cuma satu. By The Way gimana acara bakar-bakar ayam di rumah Haris jadi atau nggak ?”
”oh begitu, dikira kenapa. Kalau acara di rumah Haris kayaknya batal deh, tapi gimana kalau kamu ikut aku aja jalan-jalan jadi biar Ifin sama Nurul juga bisa jalan-jalan pakai motor kamu. Kebeteluan sekarang aku lagi nggak ada teman yang bisa diajak jalan nih”
“kemana ?, terus Rahma gimana ? aku kan nggak enak kalau nanti dia sampai tahu  aku pergi jalan-jalan dengan pacarnya”
“kalau aku terserah kamu aja pengennya mau pergi kemana, nanti aku ceritain deh kenapa malam ini aku nggak bisa jalan dengannya. Hmmmm… aku jemput sekarang ya !”
“OK.. !!!” balasan sms terakhir Lina
Lina memberitahukan kepada Ifin dan Nurul kalau Dei mengajak dia jalan-jalan. Spontan tanpa pikir panjang merek berdua langsung menyetujuinya, karena itu berarti mereka juga akan bisa jalan-jalan menggunakan motor Lina.

***

Lima menit berikutnya sudah datang Dei menjemput Lina, mereka pun memutuskan pergi ke Kandangan berharap ada acara yang memberikan hiburan mereka pada malam itu. Motor melaju dengan santai ke arah kota Kandangan sepanjang perjalanan mereka saling bercerita tentang bagaimana hubungan masing-masing dan Lina juga menceritakan bagaimana ia bisa putus dengan temannya Dei kemarin karena Dei juga mempertanyakan hal itu.
“aku bingung deh, kenapa kalau Rahma curhat ke aku selalu bilang kamu itu pemarah, tiap hari kerjaannya marah-marah, tiap hari juga kalian selalu bertengkar nggak ada damai-damainya”
“sebenarnya aku bukannya pemarah Lin, tapi kenapa berubah menjadi pemarah karena dia sendiri”
“maksudnya ?” Lina bingung mendengarnya
“Rahma itu tidak bisa menjaga kelakuannya dan kepercayaan yang aku berikan, aku tahu kalau dia selingkuh dan dia pun mengakuinya, sejak saat itu aku mulai berubah”
“Oh.. begitu ternyata, lalu sekarang kalian berdua gimana ?”
“aku tetap mencoba mempertahankannya, tapi rasa percayaku sudah menghilang karena pengkhianatannya. Dilihat terus menerus seperti ini tak akan bisa tahan lama. Contohnya saja malam ini, aku sengaja dan bela-belain nggak masuk kerja satu minggu niat untuk membahagiakan dia, menemani liburan tahun baru dia dan bisa melewatkan malam tahun baru sama-sama dengannya. Tapi ternyata aku salah, semua itu tak dia hargai, dia lebih memilih dengan kegiatannya sendiri bersama teman-temannya”
Penjelasan yang didengar Lina membuat Lina mengerti apa yang sebenrnya terjadi. Kalau sebelumnya dia hanya mendengar satu pihak dari Rahma bahwa semua itu selalu salah Dei tapi kini ia juga mendengar cerita dari Dei, membuat ia bisa menilai sendiri bagaimana hubungan Dei dan Rahma.

Di Kandangan terlihat lengang sepertinya tak ada acara yang berarti, hanya ada orang nongkrong-nonkrong di pinggir-pinggir jalan, musik keyboard di lapangan tenis Tumpang Talu. Hal itu membuat Dei dan Lina memutuskan putar arah menuju kota Barabai. Tepat jam 12.00 WITA mereka sampai di tengah-tengan kota Barabai. Suara kemeriahan bergema, riuh suara terompet saling bersahutan membahana, terlihat semua orang nampak bahagia melewati malam pergantian tahun malam itu. Anak-anak remaja terlihat berderet dengan motor yang dipajang di sepanjang pinggir jalan. Konvoi mobil dan sepeda motor tak lupa menambah kemeriahan malam itu. Namun sayang hal itu tak berselang lama karena secara tiba-tiba
“ByUuuuuuuurrrrr…” hujan kembali turun dengan lebatnya. Membuat basah semua yang ada di bawahnya, semua orang panik mencari tempat untuk berteduh termasuk dengan Dei dan Lina. Mereka meilih berteduh di depan sebuah gedung perkantoran. Banyak orang yang juga ikut berteduh di tempat mereka, namun banyak juga terlihat orang-orang yang memilih menembus dinginnya hujan. Dei dan Lina meskipun berdekatan namun tak ada sepetah atau dua patah kata pun yang mampu terucap dari mulut merek. Dingin yang sangat dingin seolah menutup rapat mulut mereka masing-masing.
Lina melirik jam di handphonenya, sudah pukul 01.00 WITA. Melihat hal itu membuat Dei mengerti, ia pun mengajak Lina untuk pulang karena hujan juga sudah mulai reda.

Motor beat putih yang mereka kendarai setia mengantarkan mereka menuju arah jalan pulang. Baru sekitar 2 km hujan lebat kembali mengguyur, bila harus menerjangnya itu berarti harus basah kuyup dan kedinginan. Tapi mereka kembali memilih untuk berteduh tepat di depan sebuah studio fhoto yang entah siapa pemiliknya. Rasa dingin yang mendera terasa menembus kulit dan menusuk-nusuk hingga ke tulang. Lina menggigil kedinginan, sekujur tubuhnya menggelitik, malam itu ia lupa mengenakan jaket membuat rasa dingin itu semakin menjadi-jadi. Sementara Dei berjarak 5 meter darinya, Dei rupanya sengaja menjaga jarak dengan Lina karena saat itu juga sedang mati lampu keadaan hujan dan gelap gulita membuat ia merasa takut kalau-kalau Lina berfikiran yang macam-macam tentangnya, padahal ia sangat kasian melihat Lina yang gemetar karena kedinginan, ingin sekali Dei melepaskan jaket yang ada ditubuhnya agar Lina bisa memakainya, tapi ia tidak berani malah takut nanti disangka berbuat lancang kepada Lina. Di tengah gelap gulita itu mereka memilih sama-sama berdiam diri dan menikmati rasa dingin yang menyelimuti dengan sama-sama mengunci mulut merek masing-masing.
Ternyata hujan tak jua menunjukkan tanda-tanda akan segera berhenti. Sementara Lina sudah mulai gelisah ingin segera pulang karena jam sudah mendekati pukul 03.00 WITA. Ia tak merasa enak hati dengan keluarganya kalau ia harus pulang lebih larut lagi. Ia pun memutuskan mengajak Dei pulang meskipun harus dengan menembus hujan. Sepuluh menit kemudian mereka sampai di rumah masing-masing dengan keadaan basah kuyup dan wajah pucat pasi.
Malam pergantian Dei dan Lina dilewati dengan basah kuyup dan menggigil kedinginan.

***

Sejak malam pergantian tahun itu Dei dan Lina mulai lebih mengakrabkan diri. Walaupun hanya sekedar melalui sms ataupun facebook. Mereka senang berbagi cerita, bercanda meskipun mereka tak saling bertemu setelah malam pergantian tahun dan malam minggu berikutnya karena Lina sudah kembali ke Banjarmasin untuk mengikuti ujian perkuliahan selama satu minggu.
Satu bulan, bahkan hingga dua bulan kemudian kekraban mereka terjalin di sms dan facebook saja. Karena masa libur perkuliahan selama dua bulan Lina habiskan dengan pergi ke Muara Teweh bersama orang tuanya. Mereka seolah sudah saling mengenal lebih dalam antara satu sama lain sehingga membuat mereka sama-sama merasa nyaman berteman bahkan saling curhat dan memperhatikanpun tak lagi menjadi hal yang aneh bagi mereka berdua.
Dei akhirnya putus dari Rahma, lina pun sudah mngetahui hal itu dan bagaimana ceritanya. Setelah putus dari Rahma Dei mulai lebih menunjukkan segenp perhatiannya hanya pada Lina. Karena ia merasa hanya Lina orang yang dekat, selalu perduli, dan memperhatikannya walaupun sejak dua bulan yang lalu mereka tidak pernah saling bertemu lagi. Lina pun sangat menyadari hal itu. Bahkan Dei pun tak segan dan berani membuat akun facebook yang baru menggunakan penggalan nama panjang Lina. “Dei’Farl” gabungan dari nama Dei dan Farlina.
Hingga tiga bulan berikutnya pun setelah Lina telah pulang ke Banjarmasin melanjutkan kuliahnya, mereka tetap saja tak pernah sama sekali bertemu. Namun segenap perhatian selalu tercurahkan antara keduanya. Padahal saat itu ada orang lain yang dekat dengan Lina, tapi hal itu pun terkalahkan. Merasa terbiasa dengan segala bentuk perhatian itu, hingga akhirnya karena hal itu ternyata membuat mereka merasa saling jatuh cinta. Dei terlebih dahulu memberanikan diri untuk menyatakan perasaan cintanya terhadap Lina. Namun tak disangka Lina malah menolaknya, padahal ia tahu bahwa Lina juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Namun keraguan yang mendera hati Lina yang membuat ia tak berani menerima Dei. Namun yang namanya Dei tak kenal dan tak pantang menyerah ia tetap berusaha meyakinkan Lina bahwa ia bersungguh-sungguh dan tak akan pernah menyakiti Lina. Hal itu membuat Lina luluh meskipun masih dengan perasaan yang ragu Lina pun menerima pernyataan cinta Dei. Cinta mereka pun akhirnya bersemi.

***
Lina sangat bersyukur mempunyai kekasih seperti Dei. Karena Dei sangat berbeda dengan mantan-mantan pacarnya dulu. Dei orang yang sangat mengerti dirinya, segenap perhatian, cinta, dan kasih sayang yang tulus saling tercurahkan antara keduanya, selalu mereka persembahkan meskipun terbentang jarak yang cukup jauh memisahkan mereka.
Saling terbuka, saling menjaga, saling percaya, saling setia, dan saling meneriam apa adanya mereka terapkan untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan hubungan yang telah mereka bangun dan jaga sejak sepuluh bulan yang lalu. Niat indah yang segera ingin dicapai adalah untuk segera seceptnya membawa hubungan yang telah terjalin ke gerbang pernikahan, menyatukan diri menjadi sepasang kekasih halal, membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.
Meskipun awalnya Dei dan Lina tidak pernah menyangka sama sekali kalau mereka akan menjadi sepasang kekasih. Karena mereka sama-sama menyadari kalau sebelumnya Dei adalah dulunya pacar Rahma yang berteman dengan Lina. Dan Lina pun adalah mantan pacar temannya Dei juga. Bahkan dulu mereka berempatpun sempat jalan-jalan bersama saat lebaran meskipun saat itu Dei dan Lina saling cuek tidak terlalu saling kenal.
Tapi yang memang sudah jalannya apa mau dikata. Takdir mempersatuka mereka. Meskipun diawal huungn sangat terasa ada hal yang membebani. Bulan pertama mereka memilih menutupi rapat hubungan mereka dari siapapun juga bahkan dari masing-masing orang terdekat mereka. Karena saat itu Lina masih saja merasa tak enak hati dengan Rahma seandainya ia tahu bahwa Lina sudah menjadi kekasih Dei dan kepada orang-orang yang mengetahui pertemanan Lina dan Rahma, ia takut kalau orang lain berfikiran bahwa Lina yang merebut Dei dari Rahma dan membuat perpecahan pada hubungan mereka. Walaupun saat Dei dan Lina jadian, Dei dan Rahma sudah putus selama satu bulan yang lalu dan Rahma sendiri yang memutuskan hubungan mereka berdua. Tapi Lina tahu betapa Rahma masih begitu menyayangi Dei dan tidak bisa melupakan Dei begitu saja. Terbukti ia masih sering mengsms dan menelpon Dei berharap Dei kembali memperhatikannya. Namun hal itu tak pernah digubris dan diperdulikn Dei sama sekali.
Akhirnya mereka Dei dan Lina sepakat untuk membuka hubungan yang mereka sembunyikan sebelumnya bahkan disengaja agar Rahma pun mengetahuinya. Meskipun pada awalnya Rahma sempat marah pada Lina karena ia tak menyangka kalau temannya sendiri yang kini menjadi kekasih mantan yang ia sayangi. Namun Rahma bisa menerima hubungan Dei dan Lina. Meskipun begitu Lina tak henti-hentinya meminta maaf pada Rahma karena ia menyadari dan merasa bersalah mencintai orang yang juga Rahma sayangi. Namun di satu sisi ia merasa bersyukur Rahma mau mengerti dan membuat mereka tak lagi menutup-nutupi cerita cinta mereka. Dei dan Lina selalu ingin semua orang tahu, melihat dan iri dengan cinta mereka. Keduanya selalu nampak berbahagia, tak pernah tergoyahkan, dan selalu saling cinta.

Dei… You are my destiny
Lina… You are my destiny


cerpen ini 99% adalah kisah nyata & ku persembahkan untuk calon suamiku tercinta "Dei"
 I love you always... 28 maret 2012